Serunya Mudik Lebaran!

courtesy: Google

Halo guys! Assalamualaikum~

Alhamdulillah wa syukurillah, kita masih bisa bertemu dengan Ramadan tahun ini. Gimana nih puasa tahun ini? Lebih berat atau semakin lancar? Yang pasti kalau niatnya lillahi ta'ala insyaAllah diberi kemudahan ye kan :) Yang ngerasa ibadahnya belom maksimal, tenang guys masih ada sisa 3 hari lagi nih buat all-out! 

Anyway! Udah tanggal 21 Juni aja nih. Akhirnya kita sampai di penghujung bulan Ramadan juga. Udah mendekati akhir-akhir puasa kaya gini, bau ketupat sayur sama opor ayam makin kenceng ya ga sih wkwk. Seperti tradisi yang sudah berlangsung sejak lama, menjelang akhir bulan Ramadan ini, tepatnya H-seminggu hingga H-1 (atau bagi mereka yang terlalu sibuk atau ga kebagian tiket di pre-Lebaran, biasa melakukannya di H+ Lebaran), sebagian besar masyarakat Indonesia pada umumnya akan melaksanakan kegiatan pulang kampung atau berpindah kota maupun provinsi, menuju kampung halaman tercinta, atau singkatnya biasa kita sebut dengan ... mudik! Iyes! Gue bilang sebagian besar masyarakat Indonesia, karena bukan hanya warga muslim tapi saking ramai & meriahnya hawa libur Lebaran, sampai-sampai teman-teman non muslim juga umumnya ikut berlibur keluar kota ataupun mengunjungi sanak saudara di kampung halaman. Yah namanya juga hari besar nasional, ikut meramaikan & berlibur tentu sah-sah saja ye gak :D

Kegiatan mudik ini biasa dilakukan oleh orang-orang "kota" yakni mereka yang saat ini bekerja, berkuliah, atau berdomisili di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Dan dari sini juga nih biasanya kita jadi saling tahu si A aslinya mana, si B ternyata orang sana, dan seterusnya. Dan ternyata ya, mayoritas dari para pekerja di kota-kota besar, bukanlah orang asli kota tersebut, melainkan kaum urban dari kota-kota berkembang yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. "Aiiih. Gayanya udah kota banget tapi rupanya asli kampung sana juga toh. Ealah mas mas," adalah salah satu pikiran awal gue saat tahu realita umum ini. Lalu gue teringat dengan kata orang bahwa kalau tidak ada tradisi mudik saat Lebaran di Indonesia ini, mungkin orang kota itu sudah lupa sama kampungnya sendiri! Hihi mungkin bagi sebagian orang ada benarnya juga ya. :3


Seng penting niate bos!!
cr: CahUnnes.com


Kemeriahan mudik juga gampang banget disaksikan di sepanjang jalur perjalanan. Apalagi untuk pengguna kendaraan darat, para pemudik dengan sepeda motor dan mobil, bukan pemandangan asing lagi jika bertemu kendaraan-kendaraan ini berkonde atau menggendut. Hihi. Banyaknya barang yang harus dibawa ke kampung, menjadikan mobil-mobil menumpuknya di atas kendaraan dan di sisi-sisi sebagian motor. Gak jarang juga gue ketemu sama geng motor yang menyeragamkan atribut yang dipakai. Eh tunggu, geng motor ini maksud gue sekumpulan orang-orang yang bermudik bersama, tapi pake baju dengan warna yang sama atau menempelkan atribut yang seragam di motor mereka hehe. Gue juga selalu kagum dengan pemudik motor yang gak menyepelekan safety, lengkap dengan APD dan tidak membawa barang terlalu banyak (kayaknya barangnya dipaketin kali ya). Serulah pokoknya!

cr: Merdeka.com


Adanya tradisi mudik ini menurut gue pribadi, bagus banget. Selain bisa menjalin silaturahmi dengan kerabat, tradisi yang hanya terjadi setahun sekali ini bisa banget membawa berkah untuk banyak pihak. Salah satunya bisa ikut mengembangkan roda perekonomian kota-kota yang masih berkembang yang dilalui oleh para pemudik. Selain dari sisi ekonomi, kita sebagai para pemudik, khususnya para pengguna jalan raya atau kendaraan darat, bisa banget menjadikan kegiatan ini sebagai ajang refreshing ataupun menyerap kearifan lokal kota-kota yang berada di jalur pemudik.

Seperti pengalaman gue kemarin-kemarin yang selalu ikutan mudik pake mobil, kegiatan mudik selalu jadi salah satu hal yang paling gue tunggu di bulan Ramadan. Biasanya, gue mudik sekeluarga jauh-jauh hari sebelum Lebaran. Bisa 10 hari menuju Lebaran, atau paling mepet H-4 lah. Berdasarkan pengalaman gue, mudik yang paling bagus itu antara H-6 hingga H-4 Lebaran. Why? Karena pada kisaran hari tersebut, secara legalnya truk-truk kontainer dan kendaraan besar  non-penumpang yang tidak membawa kebutuhan pokok lainnya, sudah diliburkan dari jalur edarnya! kalau H-7 sih terkadang masih suka ada tuh truk-truk gede yang agak bandel masih ngider di jalanan. Dan, jangan sampai terlalu dekat dengan hari H, karena biasanya jalanan sudah padet banget dengan kendaraan pribadi. Hal ini membuat laju kendaraan kita terbatas, durasi mudik yang dibutuhkan juga bertambah lama bahkan bisa-bisa tidak terprediksi! Selain itu, padatnya jalanan akan meningkatkan resiko safety bagi kendaraan dan sesama pemudik. Kalau sudah begitu, biasanya emosi & adrenalin jadi ikut naik dan perjalanan jadi gak enjoy, ye gak hehe.

Salah satu alasan yang membuat gue sangat menantikan mudik via mobil adalah, kita bisa melintasi bermacam-macam kota dengan kekhasan masing-masing. Kalau gue sekeluarga, karena rumah di Jabar, mudik ke Jatim, otomatis kota  yang dilewati pun beragam. Starting point adalah segalanya. Semakin siang kita berangkat maka akan semakin ramai jalanan dan berbuntut ke durasi perjalanan kita nantinya. Dimulai dari sebelum subuh di Bekasi, meluncur via tol Cikampek dan Cipali (tol langganannya pemudik), pemberhentian pertama buat subuhan biasanya kalau masih lancar bisa di daerah Palimanan situ. Kalau dulu mah sebelum ada tol Cipali, ya di Pamanukan. Nah biasanya kalau jam-jam 7 atau 8 gitu udah sampai daerah Tegal atau Brebes. Hehe seru banget selalu ketemu anak-anak sekolah yang naik sepeda (ini sih pas Lebarannya di tengah-tengah atau akhir masa semester sekolah), para ayah yang berangkat kerja, dan para ibu yang udah meramaikan pasar, diikuti dengan mas-mas angkot dan bapak-bapak pengayuh becak yang semangat menawarkan jasanya. Ohya untuk jalur pemudik di kota-kota Pantura ini, tak jarang yang melintas di depan pasar-pasar tradisional hihi. Pemandangan yang notabene udah jarang banget bisa ditemukan di beberapa kota besar. 

Saat beranjak siang, seringnya kami mampir dulu di Pekalongan kota batik. Apalagi kalau bukan memanjakan mata ke sentra batik Sentono (yaa kalau ada yang menarik dan harganya oke bolehlah.. haha). Harga dan model batik-batik yang dijajakan bervariasi. Kalau yang desainnya unik dan berbeda, bisa dicoba ke Batik Madoong yang asli Pekalongan. Menurut gue coraknya khas dan classy. Beranjak ke timur, jika kalian yang mudiknya melalui kota Batang, pasti sudah tidak asing dengan "jalur terangker" di Jawa Tengah ini alias Alas Roban hihi. Sesuai namanya, jalur Alas Roban ini membelah hamparan hutan yang terletak di kota Batang, sebelum menuju Semarang. Jalur ini minim lampu penerang jalan, dan hutannya cukup lebat sementara jalan rayanya sedikit sempit. Sehingga kita harus waspada selama melintas. Tapi semakin kesini, pemerintah cukup mengakomodir pengguna jalan kok. Jalur yang ada diperbaiki dan dibuat khusus bagi pengguna kendaraan kecil.

Kalau perjalanan lancar, pas tengah hari kami bisa mencapai Semarang, ibukota Jateng, yang terlalu banyak simpang lima-nya haha (berkali-kali lewat sini tapi tetep simpang limanya bikin bingung). Buat yang sambil refreshing, bisa nih mampir ke beberapa objek wisata, situs, atau kuliner yang ada di kota Bandeng ini. Enaknya, Semarang menawarkan wisata kota yang artinya tidak perlu keluar dari kota untuk bisa menikmati indahnya kota besar yang masih "njowo" ini. Kota besar berikutnya yang dapat dicapai di sore hari adalah Solo. Wah kalau sudah sampai kota budaya ini, rasanya masuk ke daerah Jowo yang halus atau kromo alias inggil. Orang-orangnya itu lho, halus banget. Istilahnya nanya di perempatan aja, jawabnya penuh sopan santun khas Jowo Tengah, "Inggih, njenengan lurus mawon, dateng mriku.." dan seterusnya hehe.

cr: @jowoholic twitter


Dari Solo kami lanjut ke Sragen, gerbang Jateng menuju Provinsi Jawa Timur. Jika berpisah dengan Jawa Barat terasa kurang nendang (karena sekarang ada jalur tol), maka berbeda dari perpisahan dengan Jawa Tengah. Salah satu keunikan di jalur Jateng-Jatim ini adalah radio lokal yang kerap memutar lagu-lagu pop Jowo dan campursari. Kalau lagu yang diputar adalah lagu-lagu campursari melankolis Didi Kempot seperti Sewu Kutho dan Stasiun Balapan, kami sekeluarga pasti kompak bernyanyi bersama haha.

Ketika pertama memasuki wilayah Jawa Timur, maka Ngawi merupakan kota pertama yang menyambut kami. Rasanya lega kalau sudah disini. Rasanya sudah dekat rumah :) Dari Ngawi, cukup menempuh perjalanan selama 3 jam-an untuk akhirnya sampai di Kediri, kampung halaman gue. Yasss! Untuk Ngawi-Caruban-Nganjuk rasanya setiap kota mirip-mirip dengan suasana kota tua dan komplek persawahan yang ramah.

Sayangnya guys, tahun ini gue absen dulu dari kegiatan mudik pake mobil, karena sekarang statusnya kembali jadi anak rantau, dan perantauannya seberang pulau, jadilah pesawat terbang satu-satunya media transportasi yang tersedia :"D Duh sedih banget ga bisa ikutan seseruan mudik via mobil ke Kediri. Tapi alhamdulillah masih bisa pulang dan bersilaturahmi sama keluarga di Lebaran kali ini. Ohya selain Kediri, tujuan mudik gue berikutnya adalah Kabupaten Lumajang. Makin ke timur nih perjalanan, hehe. Nah karena postingan ini sudah terlalu panjang, kita lanjutkan episode berikutnya di postingan selanjutnya yah hehe. 

Intinya mah mudik itu seru banget, tapi jangan lupa dengan etika sepanjang perjalanan dan persiapan sebelum keberangkatannya, agar mudik kita ga cuma terpaku dengan tujuan akhirnya aja tanpa mengindahkan perjalanannya. Fokus dengan tujuan itu pasti, tapi menikmati perjalanan agar bisa menjadi cerita dan berbagi ga ada salahnya kan? Okesip. Gue siap-siap dulu ya, bismillah besok mau mudik!


Apapun media transportasinya, yang penting safety first and enjoy the trip!
cr: Dinkes Prov. Lampung


Comments

  1. Keren Bil tulisan nya 👍👍. Jadi inget jaman2 mudik ke Kediri pake mobil. Btw hati2 di jalan ya dan tetep posting perjalanan mudik nya 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah makasih mas hehe. Aamiin. Okesip. Selamat mudik juga!

      Delete
  2. Mantap tulisannya....jadi pingin mudik juga nih.
    Jangan lupa balik Nab, 3PW menantiiii....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha ayo mudik pak!! Waduh... Balik ya pak? Hehe okesiap InsyaAllah..

      Delete
  3. Mantap tulisannya....jadi pingin mudik juga nih.
    Jangan lupa balik Nab, 3PW menantiiii....

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts